
Marhaenisme adalah ideologi yang menentang penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa. Ideologi ini dikembangkan oleh Presiden pertama Negara Republik Indonesia, Ir. Soekarno, dari pemikiran Marxisme yang diterapkan sesuai natur dan kultur Indonesia. Soekarno mencetuskan Marhaenisme untuk mengangkat harkat hidupIndonesia Massa Marhaen , yang memiliki alat produksi namun tertindas. Meski demikian, pengertian Marhaen juga ditujukan kepada seluruh golongan rakyat kecil yang dimaksud ialah petani dan buruh yang hidupnya selalu dalam cengkeraman orang-orang kaya dan penguasa/Borjuis/Kapitalis
Pada esensinya Marhaenisme adalah ideologi perjuangan versi Bung Karno. yang terbentuk dari Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa
Menurut marhaenisme, agar mandiri secara ekonomi dan terbebas dari eksploitasi pihak lain, tiap orang atau rumah tangga memerlukan faktor produksi atau modal. Wujudnya dapat berupa tanah atau mesin/alat. Dalam konteks modern, kendaraan, perangkat teknologi informasi, alat dapur dan barang elektronik bisa saja diberdayakan dengan tepat guna sebagai modal atau faktor produksi. Meskipun tidak besar, kepemilikan modal sendiri ini perlu untuk menjamin kemandirian orang atau rumahtangga itu dalam perekonomian.
Marhaenisme bersifat terbuka dan menghargai perbedaan-perbedaan identitas. Sikap marhaenisme yang terbuka dan menghargai semua perbedaan identitas terlihat dalam salah satu asas marhaenisme yaitu sosio-nasionalisme. Sosio -- nasionalisme adalah nasionalisme yang berperikemanusiaan, nasionalisme yang lapang dada, nasionalisme yang mencari keselamatan bagi seluruh masyarakat, nasionalisme yang tidak xeno phobia dan tidak xeno mania.
Selain itu, marhaenisme sebagai ideologi perjuangan menciptakan sebuah "common enemy" atau musuh bersama. Konsep musuh bersama ini cenderung menghasilkan solidaritas yang tinggi bagi berbagai identitas sehingga kecenderungan munculnya konflik dalam masyarakat tereduksi. Tetapi apa musuh bersama marhaenisme? Musuh marhaenisme adalah sistem yang menindas dan mengeksploitasi kaum melarat Indonesia untuk keuntungan individu atau golongan semata yaitu kapitalisme, kolonialisme dan imperialisme.
Musuh bersama marhaenisme adalah sistem yang tidak adil, memeras, mengeksploitasi serta merusak alam dan manusia. Selain itu, musuh bersama marhaenisme juga termasuk orang -- orang yang melanggengkan penindasan dan ekploitasi manusia terhadap manusia di Indonesia. Konsep musuh bersama ini menumbuhkan rasa kebersamaan dan sifat kolektivitas berbagai macam identitas dalam menjalankan perjuangan. Marhaenisme juga dipengaruhi oleh berbagai identitas tetapi marhaenisme sendiri menghasilkan identitas baru di Indonesia. Marhaenis namanya, identitas baru yang diciptakan oleh marhaenisme. Seseorang yang mengidentifikasi-kan dirinya sebagai marhaenis ialah seseorang yang percaya akan marhaenisme sebagai cara perjuangan dan asas yang menghendaki hilangnya sistem yang menindas serta mengeksploitasi kaum marhaen atau kaum melarat Indonesia, yang letaknya tersebar di seluruh penjuru Indonesia. marhaenisme memberikan tujuan bagi identitas identitas tersebut, tujuan mulia yaitu memperjuangan kaum marhaen untuk mencapai masyarakat sosialis yang adil dan makmur.
Berbeda dengan kapitalisme, modal dalam marhaenisme bukanlah untuk ditimbun atau dilipatgandakan, melainkan diolah untuk mencukupi kebutuhan hidup dan menghasilkan surplus. Petani menanam untuk mencukupi makan keluarganya sendiri, barulah menjual surplus atau kelebihannya ke pasar. Penjahit, pengrajin atau buruh memproduksi barang yang kelak sebagian akan dipakainya sendiri, walau selebihnya tentu dijual. Idealnya, syarat kecukupan-sendiri ini harus dipenuhi lebih dulu sebelum melayani pasar. Ini artinya ketika buruh, pengrajin atau petani memproduksi barang yang tak akan dikonsumsinya sendiri, ia cuma bertindak sebagai faktor produksi bagi pihak lain, yang menjadikannya rawan untuk didikte oleh pasar atau dieksploitasi. Secara agregat (keseluruhan) dalam sistem ekonomi marhaenisme, barang yang tidak/belum diperlukan tidak akan diproduksi, sebab setiap orang/rumahtangga tentu memastikan dulu profil dan taraf kebutuhannya sendiri sebelum membuat apapun. Inovasi kelahiran produk baru akan terjadi manakala kebutuhannya sudah kongkret betul.
Cara ini mendorong tercapainya efisiensi, sekaligus mencegah pemborosan sumber daya serta sikap konsumtif. Dan karena hanya difungsikan sekadar menghasilkan surplus, modal yang tersedia juga mustahil ditimbun atau diselewengkan untuk menindas tumbuh-kembangnya perekonomian pihak lain.
Marhaenisme yang dimaksud Soekarno bisa dibandingkan dengan formulasi pendekatan teori kewirausahaan yang baru diperkenalkan pada tahun 70-an oleh David McCleland yaitu hampir 50 tahun kemudian. Bedanya, jika McCleland lebih menekankan opsi pada upaya penanaman virus N.ach (Need for Achievement) atau kehendak untuk maju dari kalangan rakyat atau pengusaha kecil, sehingga notabene didominasi oleh pendekatan fungsional, maka pendekatan Soekarno atas marhaen (petani dan pedagang kecil), justru bersifat struktural, yaitu melalui penanaman sikap progresif revolusioner.
Sukarno dengan tegas menyatakan dalam pidato di depan Sidang PBB, 30 September 1960, bahwa Pancasila pada hakekatnya adalah sublimasi dari Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat) dan Manifesto of Communism dari Uni Soviet. Artinya Pancasila justru merupakan alternatif ketiga dari kedua kubu yang bertentangan dalam Perang Dingin di antara Blok Barat dengan Blok Timur saat itu. Secara ideologis, pemikiran Soekarno mirip sekali dengan apa yang dirumuskan oleh Anthony Giddens 20 tahun kemudian, sebagai '"The Third Way
Comments
Post a Comment